Sabtu, 19 Mei 2012

Tong sampah

TONG SAMPAH
===========

Seorang pria tua yang bijak memutuskan untuk pensiun dan membeli rumah
mungil dekat sebuah SMP. Selama beberapa minggu ia menikmati masa-masa
pensiunnya dengan tenang dan damai. Kebetulan saat itu sedang masa liburan
sekolah. Tak berapa lama kemudian, masa sekolah tiba. Dan, sekolah itu pun
penuh dengan anak-anak.

Suasana tenang dan nyaman menjadi sedikit berubah. Namun yang paling
menjengkelkan pak Tua adalah, setiap hari ada tiga anak laki-laki lewat di
depan rumah yang suka memukuli tong sampah yang ada di pinggir jalan.
Mereka membikin keributan sepanjang hari dan berulah seolah-olah menjadi
pemain perkusi hebat.

Begitu terus dari hari ke hari. Sampai akhirnya pak Tua merasa harus
melakukan sesuatu pada mereka. Keesokan harinya, pak Tua keluar rumah
sambil tersenyum lebar menghampiri tiga anak laki-laki yang sedang asyik
memukuli tong sampah. Ia menghentikan permainan mereka, dan berkata, "Hai,
anak-anak! Kalian pasti suka bersenang-senang.

Saya suka sekali dengan cara kalian bersenang-senang seperti ini. Sewaktu
saya masih kecil,
saya juga suka bermain-main seperti kalian. Nah, apakah kalian mau saya
beri uang?" "Mau.. mau.." sahut ketiga anak itu serempak. "Okay, begini,"
pak Tua itu tersenyum. Lalu ia mengeluarkan tiga lembar uang ribuan dari
sakunya. Katanya, "Masing-masing dari kalian saya beri uang seribu. Tapi
kalian harus berjanji mau bermain-main di sini dan memukuli tong sampah ini
setiap hari." Anak-anak itu senangnya luar biasa.

Sejak itu setiap hari mereka "bekerja" memukuli tong sampah itu dengan penuh
semangat. Beberapa hari kemudian, pak Tua itu menghampiri dan menyambut
"pekerjaan"
mereka dengan penuh senyum. Namun kali ini senyumnya tampak agak sedih.
Katanya, "Nak, kalian tahu khan situasi krisis akhir-akhir ini membuat uang
pensiun saya tak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari." Ia menarik
nafas dalam-dalam.

Anak-anak itu menunggu apa yang diucapkannya. Lanjut pak Tua. "Mulai hari
ini saya hanya bisa membayar kalian lima ratus saja untuk tugas kalian
memukuli tong sampah ini." Anak-anak itu tampak kecewa dengan keputusan pak
Tua, namun mereka masih bisa menerimanya. Lalu mereka melanjutkan tugas
mereka membuat keributan sepanjang hari. Beberapa hari kemudian, pak Tua
itu dengan wajah memelas mendekati anak-anak yang sedang memukuli tong
sampah. Katanya, "Maaf, bulan ini saya belum menerima kiriman uang pensiun.
Saya hanya bisa memberi kalian bertiga seribu Rupiah saja." "Apa..? Seribu
untuk bertiga?," protes pemimpin pemain tong sampah itu. " Apa pak Tua kira
kami ini mau menghabiskan waktu kami di sini hanya untuk
uang segitu ? Ah, yang benar saja! Pak Tua ini tidak masuk akal.

Mulai hari ini kami tidak mau lagi melakukan tugas ini lagi. Kami keluar."
Ketiga anak lelaki itu pergi meninggalkan pak Tua itu dengan
bersungut-sungut. Dan, sejak hari itu pak Tua menikmati ketenangan hingga
akhir hayatnya.

Begitulah bila kita mencampur-adukkan kegembiraan hati dengan "uang gaji".
Seringkali kita kehilangan keceriaan hanya karena kita menganggap
"keceriaan" itu adalah sebuah pekerjaan yang dibayar, maka bila
"bayarannya" berkurang maka kesenangan pun jadi berkurang. Jangan sampai
kegembiraan anda menghilang di balik beberapa lembar uang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar