Jumat, 18 Mei 2012

Berpikir Sederhana

Terpetik sebuah kisah, seorang pemburu berangkat ke hutan dengan
membawa busur dan tombak. Dalam hatinya dia berkhayal mau membawa hasil
buruan yang paling besar, yaitu seekor rusa. Cara berburunya pun tidak
pakai anjing pelacak atau jaring penyerat, tetapi menunggu di balik
sebatang pohon yang memang sering dilalui oleh binatang-binatang buruan. Tidak lama
ia menunggu, seekor kelelawar besar kesiangan terbang hinggap di atas pohon
kecil tepat  di depan si pemburu. Dengan ayunan parang atau pukulan gangang
tombaknya,  kelelawar itu pasti bisa diperolehnya. Tetapi si pemburu
berpikir, "untuk apa merepotkan diri dengan seekor kelelawar? Apakah artinya dia
dibanding dengan seekor rusa besar yang  saya incar?" Tidak lama berselang, seekor
kancil lewat. Kancil itu sempat berhenti di depannya bahkan menjilat-jilat ujung
tombaknya tetapi ia berpikir, "Ah, hanya seekor kancil, nanti malah tidak ada yang
makan, sia-sia." Agak lama pemburu menunggu. Tiba-tiba terdengar langkah-langkah kaki
binatang mendekat, pemburupun mulai siaga penuh,tetapi ternyata, ah...  kijang. Ia pun
membiarkannya berlalu. Lama sudah ia menunggu, tetapi tidak ada rusa yang lewat, sehingga ia
tertidur. Baru setelah hari sudah sore,  rusa yang ditunggu lewat. Rusa itu sempat
berhenti di depan pemburu, tetapi ia sedang  tertidur. Ketika rusa itu hampir menginjaknya,
ia kaget. Spontan ia berteriak, "Rusa!!!" sehingga rusanya pun kaget dan lari
terbirit-birit sebelum sang pemburu menombaknya. Alhasil ia pulang tanpa membawa apa-apa.
Banyak orang yang mempunyai idealisme terlalu besar untuk  memperoleh
sesuatu yang diinginkannya. Ia berpikir yang tinggi-tinggi dan bicaranya pun terkadang
sulit dipakhami. Tawaran dan kesempatajn-kesempatan kecil dilewati begitu saja, tanpa pernah
berpikir bahwa mungkin di dalamnya ia memperoleh sesuatu yang berharga. Tidak jarang
orang -orang seperti itu menelan pil  pahit karena akhirnya tidak mendapatkan apa-apa.
Demikian juga dengan seseorang yang bergumul dengan pasangan hidup yang mengharapkan
seorang gadis cantik atau perjaka tampan yang baik, pintar dan sempurna lahir dan batin, harus
puas dengan tidak menemukan siapa-siapa. Berpikir sederhana, bukan berarti tanpa pertimbangan
logika yang sehat. Kita tentunya perlu mempunyai harapan dan idelaisme supaya tidak
tabrak. Tetapi hendaknya kita ingat bahwa seringkali Tuhan mengajar anak-Nya
dengan perkara-perkara kecil terlebih dahulu sebelum mempercayakan perkara  besar dan lagipula
tidak ada sesuatu di dunia yang perfec yang memenuhi  semua idealisme kita. Berpikirlah
sederhana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar