Selasa, 22 Mei 2012

sang burung pipit

sang pipit berputar-putar di angkasa ketika dari tiupan udara sejuk menerpa
hidungnya. terasakan bau air mengambang di udara bercampur dengan bau khas
cemara yang berbawah tiupan angin dari ujung hutan yang nampak di kejauhan.

' ah............ kesana aku harus pergi. tentulah akan aku temukan makanan
dan naungan tempat aku berteduh di terik matahari ini '

maka terbanglah sang pipit menuju kehijauan hutan yang nampak
melambai-lambaikan tangannya memanggil dari kejauhan dan mengirimkan pesan
'
kemarilah ' lewat tiupan angin yang berhembus.

begitu sampai di tepian hutan cemara, sang pipit melambatkan laju
terbangnya. ada yang perlu dicermati, khas insting hewannya dengan keadaan
yang dia tidak familiar. Tetapi panasnya matahari mendorong dia untuk
segera
mencari sumber air yang telah memanggil rasa hausnya untuk mendatangi
tempat
itu.

dan sepanjang jalur remang2 hutan cemara itu, dilihatnya gradasi perubahan
pemandangan yang membuatnya makin takjub.
hampir tidak ditemui bekas tapak2 kaki manusia pernah melewati hutan itu
dari jejak2 yang tertinggal dilantai hutan.
rayapan semut-semut hitam yang mengusung makanan dan saling bersapaan satu
dengan lain merayap diatas dedaunan cemara yang berguguran. cahaya matahari
yang makin berkurang teriknya ketika sang pipit makin memasuki jantung
hutan, membuatnya hampir terlena untuk segera mengistirahatkan sayapnya.
tapi dahaga yang menyengat tenggorokannya, mendorongnya untuk terus
berkepak
mencari sumber air yang memanggil dia dalam bau udara yang diciumnya.

ketika itulah sayup2 dari kejauhan didengarkan suara gemuruh. Dalam
penasarannya, dicarinya sumber gemuruh itu.
harapannya adalah akan ditemukan sebuah air terjun yang akan memberikan air
berlimpah untuk menghapus dahaganya.

ketika suara itu makin keras dan kesejukan hawa air makin meliputi udara,
sang pipit memacu kepakan sayapnya, hatinya begitu gembira akan rasa dahaga
yang akan tersambut dengan limpahan air terjun yang pasti akan menganak
sungai.

telah jauh kukepakkan dua sayapku
hingga lelah dan penat meliput persendianku
adalah engkau jua yang aku cari dan aku tuju

sendiri dalam terbangku hanyalah sekedar takdirku
tapi engkau yang kutuju
dalam sejuk segar bau hawamu

ketika liputan hawamu memabuk sukmaku
datanglah engkau meski hanya sekedar harum baumu
sungguh panggilanmu yang menggerakkan sayapku untuk bertemu denganmu

senandung pipit menggemakan kebahagiaan dari jauh perjalanan yang ditempuh.
ketika gerbang air terjun telah dijangkaunya,
ketakjuban akan curahan air dari ketinggiannya ke dasar tasik, seakan telah
menghapuskan dahaganya.

' ah,.... aku tidak akan mati kehausan ketika sumber telah kutemukan. aku
masih ada waktu untuk sejenak diam dan hinggap di dahan ini menikmati
pertunjukan alam yang hanya sekali ini saja kulihat di tempat2 yang telah
aku lalui '

maka sang pipit hingga di dahan terendah yang dijumpainya sambil dengan
mata
kerdipan melihat jalur2 air yang berjatuhan di dinding tebing yang
membentuk
sebuah tarian dan lukisan alam diiringi bunyi air memukul permukaan
bebatuan
di dasar tasik.

ketika merasa cukup dengan pemandangan yang ada, sang pipitpun terbang
rendah ke tepian anak sungai untuk meneguk air gunung yang begitu sejuk dan
segar.

dalam kepuasannya sang pipit bergumam lirih seakan berbicara kepada air
yang
menganak sungai itu,
' adalah dahagaku akan selalu datang dan cukuplah kerinduan itu mendorongku
untuk mencari keberadaanmu.'

Tidak ada komentar:

Posting Komentar