Sabtu, 19 Mei 2012

"ANDAIKATA LEBIH PANJANG LAGI,......"

Seperti yang telah biasa dilakukannya ketika  salah satu sahabatnya
meninggal dunia Rosulullah mengantar jenazahnya  sampai ke kuburan.
Dan pada saat  pulangnya disempatkannya singgah  untuk menghibur dan
menenangkan keluarga almarhum supaya tetap bersabar dan tawakal
menerima musibah itu.
Kemudian Rosulullah berkata,  "tidakkah almarhum mengucapkan wasiat sebelum
wafatnya?" Istrinya  menjawab,  "saya mendengar dia mengatakan
sesuatu diantara dengkur  nafasnya yang tersengalsengal menjelang ajal",
"Apa yang  dikatakannya?", "saya tidak tahu, ya Rosulullah, apakah
ucapannya itu  sekedar rintihan sebelum mati, ataukah pekikan pedih karena
dasyatnya sakaratul maut. Cuma, ucapannya memang sulit dipahami lantaran
merupakan kalimat  yang terpotongpotong." "Bagaimana bunyinya?" desak
Rosulullah. Istri yang setia itu menjawab,"suami saya mengatakan
"Andaikata lebih panjang lagi,.... andaikata yang masih baru,....andaikata
semuanya,...." hanya itulah yang tertangkap sehingga  kami bingung
dibuatnya. Apakah perkataanperkataan itu igauan dalam keadaan tidak
sadar,ataukah pesan-pesan yang tidak selesai?"
Rosulullah tersenyum."sungguh yang diucapkan suamimu itu tidak
keliru,"ujarnya. Kisahnya begini. pada suatu hari ia sedang bergegas akan
ke masjid untuk melaksanakan shalat jum'at. Ditengah jalan ia berjumpa
dengan orang buta yang bertujuan sama. Si buta itu tersaruksaruk karena
tidak ada yang menuntun. Maka suamimu yang membimbingnya hingga tiba di
masjid. Tatkala hendak menghembuskan nafas penghabisan, ia menyaksikan
pahala amal sholehnya itu, lalu iapun berkata "andaikan lebih panjang
lagi". Maksudnya, andaikata jalan ke masjid itu lebih panjang lagi,
pasti pahalanya lebih besar pula.
Ucapan lainnya ya Rosulullah?"tanya sang  istri mulai tertarik. Nabi
menjawab,"adapun ucapannya yang kedua  dikatakannya tatkala, ia melihat
hasil perbuatannya yang lain. Sebab pada  hari berikutnya, waktu ia pergi
ke masjid pagipagi, sedangkan cuaca dingin  sekali, di tepi jalan ia
melihat seorang lelaki tua yang tengah duduk menggigil, hampir mati
kedinginan. Kebetulan suamimu membawa sebuah  mantel baru, selain yang
dipakainya. Maka ia mencopot mantelnya yang  lama, diberikannya kepada
lelaki tersebut. Dan mantelnya yang baru lalu  dikenakannya. Menjelang
saatsaat terakhirnya, suamimu melihat balasan  amal kebajikannya itu
sehingga ia pun menyesal dan berkata,"Coba andaikan  yang masih baru yang
kuberikan kepadanya dan bukan mantelku yang lama, pasti pahalaku jauh
lebih besar lagi".Itulah yang dikatakan suamimu  selengkapnya.
Kemudian, ucapannya yang ketiga, apa maksudnya, ya  Rosulullah?" tanya sang
istri makin ingin tahu. Dengan sabar Nabi  menjelaskan,"ingatkah kamu
pada suatu ketika suamimu datang dalam keadaan  sangat lapar dan meminta
disediakan makanan? Engkau menghidangkan  sepotong roti yang telah
dicampur dengan daging. Namun, tatkala hendak dimakannya, tibatiba seorang
musyafir mengetuk pintu dan meminta  makanan. Suamimu lantas membagi
rotinya menjadi dua potong, yang sebelah  diberikan kepada musyafir itu.
Dengan demikian, pada waktu suamimu akan  nazak, ia menyaksikan betapa
besarnya pahala dari amalannya  itu. Karenanya, ia pun menyesal dan berkata
' kalau aku tahu begini hasilnya, musyafir itu tidak
hanya kuberi separoh. Sebab andaikata  semuanya kuberikan kepadanya, sudah
pasti ganjaranku akan berlipat  ganda.
Memang begitulah keadilan Tuhan. Pada hakekatnya,  apabila kita berbuat
baik, sebetulnya kita juga yang beruntung, bukan orang lain. Lantaran
segala tindaktanduk kita tidak lepas dari penilaian  Allah. Sama halnya
jika kita berbuat buruk. Akibatnya juga akan menimpa  kita sendiri.Karena
itu Allah mengingatkan: "kalau kamu berbuat baik,  sebetulnya kamu berbuat
baik untuk dirimu. Dan jika kamu berbuat buruk,  berarti kamu telah berbuat
buruk atas dirimu pula." (surat Al  Isra':7)
Dan Rosulullah SAW bersabda: "sebaikbaik manusia adalah yang  paling
bermanfaat kepada sesama manusia".
 * Semoga  bermanfa'at,...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar